Nasirun Takut Tobat

| komentar


masyhur asal Cilacap-Jawa Ttengah, Nasirun hendak berangkatkan haji saudara-saudaranya. Tidak main-main tiga orang bersama pasangannya masing-masing. Jadi Nasirun akan berangkatkan 6 orang.

"Alhamdulillah, terima kasih," ujar salah seorang saudaranya.

"Lhah, Kamu berangkat ndak, Run?" tanya saudara yang lain.

Nasirun, sang pelukis yang tinggal di Jogjakarta itu celingukan, memandang satu per satu saudaranya. Tidak menjawab, eh, Nasirun malah ngeloyor sambil ngekek.

Tapi istri Nasirun menimpali, berusaha menjawab pertanyaan yang ditujukan pada suaminya itu, "Kang Nasirun tidak berangkat. Dia takut tobat." (Hamzah Sahal)

Dua Rakaat Sebelum Subuh Mengalahkan Dunia Seisinya

| komentar


Dua rakaat sebelum shalat subuh sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Nilai dua rakaat (sebelum subuh) ini, sebagaimana pesan Rasulullah saw lebih baik dari pada jagad seisinya.
ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها
Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia seisinya.
Banyak sekali istilah yang digunakan untuk menunjukan dua rakaat sebelum shubuh. Dari redaksi hadits tersebut sebagian ulama mengatakannya shalat sunnah fajar. Adapula yang menamainya sebagai shalat sunnah subuh karena dilakukan sesebelum shalat subun. Ada pula yang mengatakan shalatsunnah barad mungkin karena dilaksanakan ketika hari masih dingin. Ada pula yang menamakan shalat sunnah ghadat yaitu shalat sunnah yang dilakukan pagi-pagi sekali.
Oleh karena itu dalam Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi memperbolehkan niat shalat dua rakaat subuh ini dengan berbagai macam istilah tersebut. Misalkan ushalli sunnatal fajri rok’ataini ada’an lillahi ta’ala. Atau boleh juga ushalli sunnatal barodi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala  sunnatas  subhi, dan seterusnya. Atau boleh juga yang lebih lengkap adalah
اُصَلِّيْ سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatas shubhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aala.                                                  
Di samping itu yang harus diperhatikan adalah anjuran untuk tidak berlama-lama dalam shalat, mengingat predikat shalat ini adalah shalat sunnah. Walaupun nilainya lebih berharga daripada dunia seisinya.
Selain itu alasan kebergegasan dua rakaat ini adalah mengikuti Rasulullah saw (liitba’I sunnatir rasul) yang cukup membaca surat al-Kafirun dalam rakaat pertama (setelah al-fatihah) dan al-Ikhlash (setelah al-fatihah)pada rakaat kedua. Atau membaca Alam Nasyrakh (surat al-Insyirakh) pada rakaat pertama dan Alam Taro (Surah al-Fiil) pada rakaat ke dua.
Secara praktis, tersebut pula dalam Nihayatuz zain  anjuran untuk membaca wirid khusus setelah dua rakaat sambil menunggu shalat subuh. Bacaan itu adalah (1) Ya Hayyu Ya Qayyum La Ilaha Illa anta, 40 kali. (2) Surat Al-Ikhlas, 11 kali (3) Surat Al-Falaq, 1 kali (4) Surat An-Nas, 1 kali dan (5) Subhanallah wa Bihamdihi, Subhanallahil Adhim, Asytaghfirullah, 100 kali.  
 Demikianlah keterangan dua rakaat sebelum shalat subuh yang menurut sebagian ulama dikategorikan sebagai rawatib (sebagaimana shalat qabliyah lainnya) yang dilaksanakan sebelum shalat subuh.

Penyebab Umar Menangis di Hadapan Nabi

| komentar



Umar bin Khattab merekam pengalaman mengharukan ketika berkunjung ke rumah Rasululah SAW. Umar menyaksikan pemimpin agung yang sangat dimuliakan itu sedang terbaring di atas tikar kasar nan rusak.

Kesedihan Umar bertambah ketika tekstur tikar usang itu membekas di punggung Nabi. Di hadapan Rasulullah, "Singa Padang Pasir" ini pun menumpahkan air matanya.

"Apa yang menyebabkan Engkau menangis, wahai Umar?" tanya Nabi.

"Aku melihat Kisra serta raja-raja lain menikmati tidur di atas ranjang mewah beralaskan sutera. Tetapi di sini Aku melihat Engkau tidur beralaskan tikar semacam ini."

Dengan lembut, Nabi menimpalinya dengan sebuah nasehat.

"Wahai Umar, tidakkah Engkau sependapat denganku. Kita lebih suka memilih kebahagiaan akhirat sedangkan mereka memilih dunia."

Hati Umar bergetar mendengar jawaban tersebut. Umar bersyukur menjadi saksi hidup tentang kebesaran dan kemuliaan pribadi Rasulullah SAW, manusia terpilih yang sangat dihormatinya itu.(Mahbib Khoiron)

Biografi Imam Nawawi

| komentar

riyadhush-sholihin Gema Santri
Nasab (keturunan) Imam an-Nawawi
Beliau adalah al-Imam al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi’i. Kata ‘an-Nawawi’ dinisbahkan kepada sebuah perkampungan yang bernama ‘Nawa’, salah satu perkampungan di Hauran, Syiria, tempat kelahiran beliau. Beliau dianggap sebagai syaikh di dalam madzhab Syafi’i dan ahli fiqh terkenal pada zamannya.

Kelahiran dan LingkungannyaBeliau dilahirkan pada Bulan Muharram tahun 631 H di perkampungan ‘Nawa’ dari dua orang tua yang shalih. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafal al-Qur’an dan membacakan kitab Fiqh pada sebahagian ulama di sana. Proses pembelajaran ini di kalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan sebutan ‘al-Qira`ah’.
Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa ‘an-Nawawi kecil’ untuk bermain, namun dia tidak mahu bahkan lari dari kejaran mereka dan menangis sambil membaca al-Qur’an. Syaikh ini kemudian menghantarkannya kepada ayahnya dan menasihati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Sang ayah setuju dengan nasihat ini.
Pada tahun 649 H, an-Nawawi, dengan dihantar oleh sang ayah, tiba di Damaskus dalam rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits. Dia tinggal di al-Madrasah ar-Rawahiyyah yang menempel pada dinding masjid al-Umawy dari sebelah timur. Pada tahun 651 H, dia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, lalu pulang kembali ke Damaskus.

Pengalaman Intelektualnya
Pada tahun 665 H saat baru berusia 34 tahun, beliau sudah menduduki posisi ‘Syaikh’ di Dar al-Hadits dan mengajar di sana. Tugas ini tetap dijalaninya hingga beliau wafat.
Dari sisi pengalaman intelektualnya setelah bermukim di Damaskus terdapat tiga karakteristik yang sangat menonjol:
Pertama, Kegigihan dan Keseriusan-nya di dalam Menuntut Ilmu Sejak Kecil hingga meningkat Remaja.
Ilmu adalah segala-galanya bagi an-Nawawi sehingga dia merasakan kenikmatan yang tiada tara di dalamnya. Beliau amat serius ketika membaca dan menghafal. Beliau berhasil menghafal kitab ‘Tanbih al-Ghafilin’ dalam waktu empat bulan setengah.
Sedangkan waktu yang tersisa lainnya dapat beliau gunakan untuk menghafal seperempat permasalahan ibadat dalam kitab ‘al-Muhadz-dzab’ karya asy-Syairazi. Dalam tempoh yang relatif singkat itu pula, beliau telah berhasil membuat decak kagum sekaligus meraih kecintaan gurunya, Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad al-Maghriby, sehingga menjadikannya sebagai wakilnya di dalam halaqah pengajian yang dia pimpin bilamana berhalangan.
Kedua, Keluasan Ilmu dan Wawasannya
Mengenai bagaimana beliau memanfa’atkan waktu, seorang muridnya, ‘Ala`uddin bin al-‘Aththar bercerita, “Pertama beliau dapat membacakan 12 pelajaran setiap harinya kepada para Syaikhnya beserta syarah dan tash-hihnya; kedua, pelajaran terhadap kitab ‘al-Wasith’, ketiga terhadap kitab ‘al-Muhadzdzab’, keempat terhadap kitab ‘al-Jam’u bayna ash-Shahihain’, kelima terhadap kitab ‘Shahih Muslim’, keenam terhadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Ibnu Jinny di dalam ilmu Nahwu, ketujuh terhadap kitab ‘Ishlah al-Manthiq’ karya Ibnu as-Sukait di dalam ilmu Linguistik (Bahasa), kelapan di dalam ilmu Sharaf, kesembilan di dalam ilmu Ushul Fiqh, kesepuluh terkadang terhadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Abu Ishaq dan terkadang terhadap kitab ‘al-Muntakhab’ karya al-Fakhrur Razy, kesebelas di dalam ‘Asma’ ar-Rijal’, keduabelas di dalam Ushuluddin. Beliau selalu menulis syarah yang sulit dari setiap pelajaran tersebut dan menjelaskan kalimatnya serta meluruskan ejaannya”.
Ketiga, Produktif di dalam Menelurkan Karya Tulis
Beliau telah berminat terhadap dunia tulis-menulis dan menekuninya pada tahun 660 H saat baru berusia 30-an.
Dalam karya-karya beliau tersebut akan didapati kemudahan di dalam mencernanya, keunggulan di dalam argumentasinya, kejelasan di dalam kerangka berfikirnya serta keobjektifan-nya di dalam memaparkan pendapat-pendapat Fuqaha‘.
Buah karyanya tersebut hingga saat ini selalu menjadi bahan perhatian dan diskusi setiap Muslim serta selalu digunakan sebagai rujukan di hampir seluruh belantara Dunia Islam.
Di antara karya-karya tulisnya tersebut adalah ‘Syarh Shahih Muslim’, ‘al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab’, ‘Riyadh ash-Shalihin’, ‘ al-Adzkar’, ‘Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat’ ‘al-Arba’in an-Nawawiyyah’, ‘Rawdhah ath-Thalibin’ dan ‘al-Minhaj fi al-Fiqh’.
Budi Pekerti dan Sifatnya
Para pengarang buku-buku ‘biografi’ (Kutub at-Tarajim) sepakat, bahawa Imam an-Nawawi merupakan hujung tombak di dalam sikap hidup ‘zuhud’, teladan di dalam sifat wara’ serta tokoh tanpa tanding di dalam ‘menasihati para penguasa dan beramar ma’ruf nahi munkar’.

Zuhud
Beliau hidup bersahaja dan mengekang diri sekuat tenaga dari kongkongan hawa nafsu. Beliau mengurangi makan, sederhana di dalam berpakaian dan bahkan tidak sempat untuk menikah. Kenikmatan di dalam menuntut ilmu seakan membuat dirinya lupa dengan semua kenikmatan itu. Beliau seakan sudah mendapatkan gantinya.
Di antara indikatornya adalah ketika beliau pindah dari lingkungannya yang terbiasa dengan pola hidup ‘seadanya’ menuju kota Damaskus yang ‘serba ada’ dan penuh glamour. Perpindahan dari dua dunia yang amat kontras tersebut sama sekali tidak menjadikan dirinya tergoda dengan semua itu, bahkan sebaliknya semakin menghindarinya.
Wara’
Bila membaca riwayat hidupnya, maka akan banyak sekali dijumpai sifat seperti ini dari diri beliau. Sebagai contoh, misalnya, beliau mengambil sikap tidak mahu memakan buah-buahan Damaskus kerana merasa ada syubhat tentang kepemilikan tanah dan kebun-kebunnya di sana.
Contoh lainnya, ketika mengajar di Dar al-Hadits, beliau sebenarnya menerima gaji yang cukup besar, tetapi tidak sedikit pun diambilnya. Beliau justeru mengumpulkannya dan menitipkannya pada kepala Madrasah. Setiap mendapatkan jatah tahunannya, beliau membeli sebidang tanah, kemudian mewakafkannya kepada Dar al-Hadits. Atau membeli beberapa buah buku kemudian mewakafkannya ke perpustakaan Madrasah. Beliau tidak pernah mahu menerima hadiah atau pemberian, kecuali bila memang sangat memerlukannya sekali dan ini pun dengan syarat. Iaitu, orang yang membawanya haruslah diri yang sudah beliau percayai diennya.
Beliau juga tidak mahu menerima sesuatu, kecuali dari kedua orang-tuanya atau kerabatnya. Ibunya selalu mengirimkan baju atau pakaian kepadanya. Demikian pula, ayahnya selalu mengirimkan makanan untuknya.
Ketika berada di al-Madrasah ar-Rawahiyyah, Damaskus, beliau hanya mahu tidur di kamar yang disediakan untuknya saja di sana dan tidak mahu diistimewakan atau diberikan fasiliti yang lebih dari itu.
Menasihati Penguasa dalam Rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Pada masanya, banyak orang datang mengadu kepadanya dan meminta fatwa. Beliau pun dengan senang hati menyambut mereka dan berupaya seoptimal mungkin mencarikan solusi bagi permasalahan mereka, sebagaimana yang pernah terjadi dalam kes penyegelan terhadap kebun-kebun di Syam.
Kisahnya, suatu ketika seorang sultan dan raja, bernama azh-Zhahir Bybres datang ke Damaskus. Beliau datang dari Mesir setelah memerangi tentara Tartar dan berhasil mengusir mereka. Saat itu, seorang wakil Baitul Mal mengadu kepadanya bahawa kebanyakan kebun-kebun di Syam masih milik negara. Pengaduan ini membuat sang raja langsung memerintahkan agar kebun-kebun tersebut dipagari dan disegel. Hanya orang yang mengakui kepemilikannya di situ saja yang diperkenankan untuk menuntut haknya asalkan menunjukkan bukti, iaitu berupa sijil kepemilikan.
Akhirnya, para penduduk banyak yang mengadu kepada Imam an-Nawawi di Dar al-Hadits. Beliau pun menanggapinya dengan langsung menulis surat kepada sang raja. Sang Sultan gusar dengan keberaniannya ini yang dianggap sebagai sebuah kelancangan. Oleh kerana itu, dengan serta merta dia memerintahkan bawahannya agar memotong gaji ulama ini dan memberhentikannya dari kedudukannya. Para bawahannya tidak dapat menyembunyikan kehairanan mereka dengan menyeletuk, “Sesungguhnya, ulama ini tidak memiliki gaji dan tidak pula kedudukan, paduka !!”.
Menyedari bahawa hanya dengan surat saja tidak mampan, maka Imam an-Nawawi langsung pergi sendiri menemui sang Sultan dan menasihatinya dengan ucapan yang keras dan pedas. Rupanya, sang Sultan ingin bertindak kasar terhadap diri beliau, namun Allah telah memalingkan hatinya dari hal itu, sehingga selamatlah Syaikh yang ikhlas ini. Akhirnya, sang Sultan membatalkan masalah penyegelan terhadap kebun-kebun tersebut, sehingga orang-orang terlepas dari bencananya dan merasa tenteram kembali.

WafatnyaPada tahun 676 H, Imam an-Nawawi kembali ke kampung halamannya, Nawa, setelah mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya dari badan urusan Waqaf di Damaskus. Di sana beliau sempat berziarah ke kuburan para syaikhnya. Beliau tidak lupa mendo’akan mereka atas jasa-jasa mereka sambil menangis. Setelah menziarahi kuburan ayahnya, beliau mengunjungi Baitul Maqdis dan kota al-Khalil, lalu pulang lagi ke ‘Nawa’. Sepulangnya dari sanalah beliau jatuh sakit dan tak berapa lama dari itu, beliau dipanggil menghadap al-Khaliq pada tanggal 24 Rajab pada tahun itu. Di antara ulama yang ikut menyalatkannya adalah al-Qadhy, ‘Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh dan beberapa orang shahabatnya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan menerima seluruh amal shalihnya. Amin.

Mol Daun Gamal Jadi Pestisida Nabati

| komentar




Mol Daun Gamal Jadi Pestisida Nabati - Serangkaian kumpulan beraneka MOL yang sudah kita bahas terdahulu memiliki fungsi yang bermacam-macam sesuai dengan bahan yang terkandung didalamnya. Memang para pembaca harus membuat lebih dari satu macam MOL untuk menghemat biaya usaha taninya. Dalam pengaplikasiannya juga tidak harus satu macam MOL saja namun sebaikknya dikombinasikan berbagai MOL sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja.


Mol sebagai penyubur tanaman dan dekomposer telah maspary tulis berbagai jenis, dari Mol keong mas, Mol rebung bambu, Mol bonggol pisang dll. Sekarang maspary akan membahas tentang Mol daun gamal sebagai pestisida nabati. Dikatakan sebagai pestisida nabati karena daun gamal bisa berfungsi sebagai pengendali hama ulat dan hama penghisap (kutu), sebagai akarisida (pengendali tungau) dan sebagai fungisida. Menurut beberapa referensi yang maspary baca, dalam Mol daun gamal mengandung tanin yang bisa digunakan sebagai racun berbagai serangga. Selain sebagai pestisida nabati Mol daun gamal juga digunakan sebagai penyubur tanaman karena dalam Mol daun gamal ternyata juga mengandung unsur N.

* Bahan dalam pembuatan Mol daun gamal :

- 2 kg daun gamal
- 400 gr gula merah
- 4 liter air beras

* Cara membuat mol daun gamal :

- Daun gamal dipotong-potong lalu ditumbuk sampai hancur
- Masukkan dalam jerigen
- Masukkan gula merah yang sebelumnya diiris-iris halus
- Masukkan air beras dalam jerigen
- Kocok-kocok supaya tercampur merata
- Fermentasikan selama minimal 21 hari

* Cara pemakaian Mol daun gamal :

Sebagai pupuk daun dan pestisida nabati campurkan 1 - 4 liter mol daun gamal dalam tangki semprot 14-17 liter air.
Semprotkan secara merata ke tanaman saat pagi atau sore hari.

Mol daun gamal dapat dipakai sebagai langkah permulaan pencegahan dan pengendalian hama juga penyakit pada tanaman kita, namun bila masih terjadi serangan hama atau penyakit sebaikknya segera dilakukan pengendalian yang lain. Dapat juga Mol daun gamal dikombinasikan dengan pestisida nabati yang lain seperti daun mindi, tembakau, biji sirsak, akar tuba dan sebagainya.

Lirik Dauni - Dauni دَ عُوْ نِي دَ عُـوْ نِي

| komentar




Qosidah Dauni Dauni tentunya sudah sangat populer bagi kita semua. .maka dari itu sedikit dari coretan ini semoga bermanfaat dikemudian hari nanti utuk generasi kita selanjutnya :


Qosidah Dauni - Dauni

Da'uunii Unaajii

TINGGALKAN DAKU SENDIRI


دَ عُوْ نِي دَ عُـوْ نِي


دَ عُوْ نِي دَ عُـوْ نِي أُنَاجِي حَبِيْبِي * وَلاَ تَعْذُ لُوْنِي فَعَذْ لِي حَرَامْ


Da'unii-da'unii unajii habiibii
walaa ta'udzuluunii fa'adzlii haram
Tinggalkan daku sendiri, Tinggalkan daku sendiri tuk memanggil kekasihku
Jangan kau halangi aku, Jangan kau halangi aku dari sesuatu yang utama ini


تَعَلَّمْ بُكَا يَ وَ نُحْ يَا حَمَامْ * وَخُذْ عَنْ شُجُوْ نِي دُرُوْ سَ الْغَرَامْ


تَعَلَّمْ بُكَا يَ وَ نُحْ يا حَمَامْ * سَكَرْتُ بِخَمْرِ الْهَوَى وَ الْغَرَامْ

Ta'alam bukaaya wa nuh yaa hamaam
wa khudz'an syujuunii durusal gharaam
Ta'allam bukayaa wa nuh yaa hamaam
sakartu bijamril hawaa wal gharaam
Kabarkan akan tangis dan ratapanku wahai kematian, matikan kesedihanku.. sirnalah kerinduanku
Kabarkan akan tangis dan ratapanku wahai kematian, aku telah terbuai oleh cinta dan kerinduan


وَ مَنْ كَانَ مِثْلِي مُعَنّى مُضَنّى * بِحُبِّ النَّبِيِّ لمَا ذَا يُلا َمْ

لاَ مُوْ نِي لاَ مُوْ نِي بِحُبِّكْ رَ مُوْ نِي * يَاقُـرَّةْ عُيُوْنِي عَلَيْكَ السَّلا َمْ

Wa man kaana mitslii ma'annaa mudhannaa
bihubbin nabiyyi lillmaadzaa yulaam
Laa muuni-laa muuni bihubbik ramuunii
yaa qurrataa a'yuuni a'laikas salaam
Sesiapa sepertiku kan jadi tempat celaan, mencintai nabi kenapa tercela ?
Mengapa mereka mencelaku, mereka mencelaku karena aku mencintaimu
Wahai penyejuk mataku bagimu segala keselamatan.


فُؤَ ادِ ي لِنَحْوِ الْمَدِ يْنَةِ هَامْ * وَ قَلْبِي تَوَلَّعْ بِخَيْرِا ْلأَ نَا مْ

أَنَا يَا ابْنَ رَامَةْ حُرِ مْتُ الْمَنَامْ * وَ زَادَنِي سِقَامًا غَرَامُكْ تُسَامْ

Fu'aadii li nahwil madiinati haam
wa qalbii tawalla' bi khairil anaam
Anaa yaa ibna raamah hurimtul manaam
wazaada nii siqaamaan gharamak tisaam
Hatiku tertuju pada Kota Madinah,
Hatiku berisi kecintaan pada lebih utamanya makhluk (Rasuulullah)
Aku adalah pemilik keinginan tiada dapat terlelap,
kerinduanku padamu menambah lara tiada tertawarkan.

Festival Al Banjari - Universitas Brawijaya (Malang) 2013

| komentar


  1. Assalamu'alaik & Ya 'Asyiqol Musthofa - Sholawat Polinema (Malang)
  2. Birosulillah & Habibi Ya Muhammad - Syifaul Qolbi (Polinema, Malang)
  3. Jadad Sulaiman & Azka Taslimi - As Syauqi (MA Al Ma'arif, Singosari)
  4. Laila 'Alaiyya & Ya Nabi - Al Hasyimi (Malang)
  5. Maula & Hama Qolbi - Jabal Rohmah PA (Singosari)
  6. Maula & Muhammad Nabina - Al Mashabiyah (Lamongan)
  7. Maula & Muhammad Nabina - Al Mashabiyah (MA Tarbiyatut Tholabah, Lamongan)
  8. Maula & Thola'al Badru - Hadroh Zefa (Sidoarjo, Juara 2 - SMA)
  9. Maula & Ya Badrotim - MA Darul Hikmah (Mojokerto, Juara 1 - SMA)
  10. Maula & Ya Rosulalloh - Ar Rosyada (SMA 1 Manyar, Gresik)
  11. Maula & Ya Rosulalloh Ya Habiballoh - Remas At Taqwa (Bondowoso)
  12. Nurul Huda & Jaddal Husain - Misbahul Qulub (Jombang)
  13. Sayyidi Maulaya & Muhammad Nabina - Al Fiyah (MA Al Ma'arif, Singosari)
  14. Shil Ya Nabi & Ya Rosulalloh Salamun 'Alaik - Mamba'ul Ma'arif (Sidoarjo)
  15. Sholatulloh Salamulloh & Thobaat - Faroidul Bahiyah (Malang)
  16. Shollu 'Ala Khoiril Anam & Ya Nabi Salam 'Alaika - Az Zakiyah (SMK PGRI Suko, Mojokerto)
  17. Thola'al Badru & Al Assyiqiyah (SMK Samsul Arifin, Pasuruan)
  18. Thola'al Badru & Ya Rosulalloh - Bunga Tanjung (Malang, Juara 2 - Umum)
  19. Wulidal Habib - El Mahrusy (PP. Lirboyo, Kediri)
  20. Ya 'Asyiqol & Assubhu Bada - SMAN 1 Suko (Mojokerto)
  21. Ya Alim & Thola'al Badru - Al Furqon (Malang)
  22. Ya Badrotim & Badril Hudur - Al Muhibbin (SMAI, Singosari)
  23. Ya Badrotim & Kunta Rohiman - JSA Al Jadidah (MA Mambaul Ulum, Malang)
  24. Ya Badrotim & Thola'al Badru - MA Nurun Nidhom (Lamongan, Juara 3 - SMA)
  25. Ya Hadi Sirruwaida - Muhibbul Musthofa (STAIN, Jember)
  26. Ya Hanana & Maula - An Nababa (SMA Al Yasini, Pasuruan)
  27. Ya Hanana & Ya Badrotim - Aliyatul Fajar (MAN Lamongan)
  28. Ya Imamarrus & Sholatulloh - Al Habib (STAIN, Kediri)
  29. Ya Nabi & Jaddal Huasain - Ulin Nuha (Malang)
  30. Ya Robbibil Musthofa & Hullukum Shollu 'Alaih - Zero Faza (Sidoarjo, Juara 3 - Umum)
  31. Ya Rosulalloh & A'buduka Robbi - Al Huda (Madrasah Salafi, Singosari)
  32. Ya Rosulalloh Salamun 'Alaik & Ya Malli Ula - Al Barik (MA NU, Sidoarjo)
  33. Zairor Roudhoh & Thobaat - Mushohabatul Qolbi (Jombang, Juara 1 - Umum)

Site Map

| komentar

Memuat...

Persikri

| komentar












HAJAR ASWAD MERUPAKAN SUPER KONDUKTOR

| komentar


Ka'bahEncyclopedia Americana menulis : “…Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik.
Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas : menunjukkan HajarAswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada.
Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi, dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka’bah. Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.
Prof Lawrence E Yoseph – Fl Whiple menulis : “…Sungguh kita berhutang besar kpd orang Islam, shalat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu…”Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar.
Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf Haji dan Umroh.

KEUNIKAN MATEMATIKA

| komentar



1 x 8 + 1 = 9
12 x 8 + 2 = 98
123 x 8 + 3 = 987
1234 x 8 + 4 = 9876
12345 x 8 + 5 = 98765
123456 x 8 + 6 = 987654
1234567 x 8 + 7 = 9876543
12345678 x 8 + 8 = 98765432
123456789 x 8 + 9 = 987654321


1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111
1234567 x 9 + 8 = 11111111
12345678 x 9 + 9 = 111111111
123456789 x 9 + 10 = 1111111111

9 x 9 + 7 = 88
98 x 9 + 6 = 888
987 x 9 + 5 = 8888
9876 x 9 + 4 = 88888
98765 x 9 + 3 = 888888
987654x 9 + 2 = 8888888
9876543 x 9 + 1 = 88888888
98765432 x 9 + 0 = 888888888

Hebatkan?

Coba lihat simetri ini :

1 x 1 = 1
11 x 11 = 121
111 x 111 = 12321
1111 x 1111 = 1234321
11111 x 11111 = 123454321
111111 x 111111 = 12345654321
1111111 x 1111111 = 1234567654321
11111111 x 11111111 = 123456787654321
111111111 x 111111111 = 123456789876543 21

Kurang hebat ?

Sekarang lihat ini :

Jika 101% dilihat dari sudut pandangan Matematika, apakah ia sama dengan 100%, atau ia LEBIH dari 100%?

Kita selalu mendengar orang berkata dia bisa memberi lebih dari 100%, atau kita selalu dalam situasi dimana seseorang ingin kita memberi 100% sepenuhnya.

Bagaimana bila ingin mencapai 101%?

Apakah nilai 100% dalam hidup?

Mungkin sedikit formula matematika dibawah ini dapat membantu memberi jawabannya.

Jika ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Disamakan sebagai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Maka, kata KERJA KERAS bernilai :

11 + 5 + 18 + 10 + 1 + 11 + 5 + 18 + 19 + 1 = 99%

H-A-R-D-W-O-R-K
8 + 1 + 18 + 4 + 23 + !5 + 18 + 11 = 99%

K-N-O-W-L-E-D-G -E
11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96%

A-T-T-I-T-U-D-E
1 + 20 + 20 + 9 + 20 + 21 + 4 + 5 = 100%

Sikap diri atau ATTITUDE adalah perkara utama untuk mencapai 100% dalam hidup kita. Jika kita kerja keras sekalipun tapi tidak ada ATTITUDE yang positif didalam diri, kita masih belum mencapai 100%.

Tapi, LOVE OF GOD
12 + 15 + 22 + 5 + 15 + 6 + 7 + 15 + 4 = 101%

atau, SAYANG ALLAH
19 + 1 + 25 + 1 + 14 + 7 + 1 + 12 + 12 + 1 + 8 = 101%

(Artinya Cinta dan Kasih Sayang ALLAH Melampaui Segalanya…)

Rahasia Bilangan dalam Shalat

| komentar


Muhammad Ali at-Tirmidzi mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Shalat merupakan perkara yang pertama kali difardhukan oleh Allah swt. kepada kaum muslimin.

Begitu pentingnya posisi shalat dalam Islam, sehingga pemaknaan atasnya tidak pernah habis. Seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani mengenai rahasia bilangan dalam shalat.

Dalam kitabnya Syarah Sulamul Munajahmenjelaskan adanya rahasia dibalik angka-angka dalam shalat. Lima waktu yang diwajibkan oleh Allah swt. kepada muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan-Nya atas lima indera perasa ‘panca indra’ sekaligus merupakan upaya menutup berbagai keburukannya.

Oleh karena itu dua rakaat shalat shubuh merupakan panjatan rasa syukur atas kedua bibr yang terdapat dalam indera pengecap (mulut). Karena hanya dengan keduanyalah kita bisa merasai segala hal yang bersifat halus maupun kasar.

Sedangkan empat rakaat shalat dhuhur menunjuk pada rasa syukur kita atas indera penciuman (hidung) yang dapat mencium berbagai bau dari empat arah. Dengan demikian empat rakaat dhuhur sekalijgus dapat dijadikan sebagai semangat menutup keburukan yang datang dai empat arah itu juga.

Empat rakaat shalat ashar merupakan apresiasi manusia rasa syukur atas indera pendengaran (telinga) yang dapat menerima berbagai jenis suara dari empat arah. Adapun tiga raka’at maghrib menunjukkan rasa syukur manusia atas kemampuan melihat yang datang dari tiga arah; depan, kanan dan kiri. Sedangkan penglihatan kearah belakang tidak mungkin bisa.

Adapaun empat rakaat shalat isya’ merujuk pada rasa syukur manusia atas nikmat atas empat macam rasa; dingin, panas, pahit dan manis Demikianlah rahasia angka yang berhubungan dengan rakaat shalat.

Cincin, Batu Akik dan Sunnah Rasul

| komentar


Bagi orang yang memiliki hobi mengumpulkan berbagai macam cindera mata dan pernak-pernik, ada baiknya menambah koleksinya dengan batu akik. Yaitu batu mulia yang memiliki warna yang indah dan elok dipandang. Hal ini tidak semata karena fungsinya sebagai perhiasan, tetapi juga nilai kesunnahan yang terdapat di dalamnya. 
Dalam fatawi Ibnu Hajar al-Haytami al-Kubro diterangkan bahwa terdapat beberapa hadits yang menerangkan hikmah penggunaan cincin dengan batu akik yang dapat mendatangkan berkah dan menghindarkan diri dari kefaqiran. Karena sesungguhnya mereka yang memakai cincin berbatu akik senantiasa menikmati keindahan.
Bahkan dalam satu hadits dhaif diterangkan bahwa batu yaqut warna kuning dapat mencegah pemakainya dari penyakit sampar (tha’un). Namun mengatasi batu akik itu sendiri yang terpenting adalah memakai cincin, meskipun cincin tanpa batu.Demikianlah keterangan lengkapnya:
وورد التختم بالعقيق أحاديث منها أنه ينفى الفقر وأنه مبارك وإن من تختم به لم يزل يرى خيرا وكلها لم يثبت منها شيئ كما قاله الحفاظ وورد بسند ضعيف أن التختم بالياقوت الأصفر يمنع الطاعون وبما تقرر من أن الفص تارة يكون من الخاتم وتارة يكون من غيره من قولهم السابق يجوز لبس الخاتم وإن لم يكن فص...

Redaktur: Ulil Hadrawy 
 
Support : Kang Dam | Kembang Pring | Iramadam
Copyright © 2013. Kang Dam Ngeblog